Dari corak bunganya…penduduk lokal sering menjulukinya dengan
sebutan anggrek macan…akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan
kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang
memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan
sebutan sebagai anggrek tebu, karena sosok batang tanamannya yang
menyerupai batang pohon tebu. Meskipun persebarannya cukup luas…anggrek
ini justru menghadapi ancaman serius dari perburuan tak terkendali serta
kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh
para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok.
Belum lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit
diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga
mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal inilah yang
mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.
Sebagai pecinta anggrek, pasti anggrek ini akan menjadi salah satu “most wanted”
dalam daftar koleksi. Agar perburuan liar terhadap anggrek ini di
habitatnya dapat dikendalikan, maka langkah-langkah budidaya secara
vegetatif maupun generatif harus segera diberdayakan. Apalagi anggrek
ini terkenal sangat mudah menumbuhkan tunas dari stek bulbnya.
Setidaknya, dengan membudidayakannya secara vegetatif atau membeli bibit
anggrek tebu hasil perkembangbiakan vegetatif (tunas dari stek bulb)
dapat menjadi salah satu upaya memelihara kelestarian anggrek alam
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar